Soil SCIENCE
Selasa, 29 September 2020
Minggu, 23 Agustus 2020
Sejarah Pupuk dan Pemupukan dunia dan Inggris
Tanaman membutuhkan energi(cahaya) CO2, air, dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanpa adanya nutrisi tanaman tidak dapat tumbuh, pupuk mineral dapat menyediakan nutrisi bagi tanaman. Ada tiga nutrisi utama tanaman yaitu nitrogen(N), fosfor (P), kalium(K).
Dalam
sejarah kuno Mesir, Roma, Babilonia, dan juga Jerman tercatat dalam penggunaan
mineral atau pupuk untuk meningkatkan hasil pertanian, penggunaan abu kayu
terhadap pertanian tersebar luas. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah
mulai pada permulaan dari manusia mengenal bercocok tanam >5.000 tahun yang
lalu. Bentuk primitif dari pemupukan untuk memperbaiki kesuburan tanah terdapat
pada kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah aliran
sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, di Cina, Amerika Latin, dan sebagainya
(Honcamp, 1931). Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran
sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara
melalui banjir yang terjadi setiap tahun. Pada
tahun 1800an Humboldt merekomendasikan menggunakan Guano.
Dalam
perkembangan pemupukan di dunia ilmuwan Eropa berperan penting. Johann Friedrich
Mayer (1719-1798) adalah orang yang pertama menyampaikan sangkut paut gypsum
dengan pertanian. Banyak ahli kimia mengikuti dia pada abad ke-19.
Justus von
Liebig
Ahli
kimia Justus von Liebig (1803-1873) berkontribusi besar dalam pemahaman nutrisi
bagi tanaman. Karya-karyanya yang berpengaruh pertaman kali dikecam seperti
teori humus, argument pertama pentingnya anomia, menggalakkan pentingnya
mineral anorganik bagi tanaman. Hukum
minimum Lieblig (1843) : “Hasil panen sebanding dengan jumlah nutrisi yang
paling membatasi”. Nutrisi tanaman memiliki fungsi spesifik dan penting dalam
metabolisme tanaman. Tidak dapat saling menggantikan satu sama lain dan
jurangnya suatu nutrisi akan membatasi pertumbuhan tanaman. 'Hukum minimum'
sering diilustrasikan dengan tong air, dengan tongkat dengan panjang yang
berbeda. Laras kapasitas untuk menahan air ditentukan oleh paranada terpendek.
Demikian pula, hasil panen sering dibatasi oleh kekurangan nutrisi atau air.
Setelah faktor pembatas (kendala) telah dikoreksi, hasilnya akan meningkat
hingga faktor pembatas berikutnya ditemukan. Nutrisi diklasifikasikan menjadi
tiga sub-kelompok berdasarkan kebutuhan pertumbuhan tanaman:
• Nutrisi makro
atau primer: nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K)
• Nutrisi utama
atau sekunder: kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S)
• Zat gizi mikro atau elemen jejak: Klorin (Cl),
Besi (Fe), Mangan (Mn), boron (B), selenium (Se), seng (Zn), tembaga (Cu),
molibdenum (Mo), dll.
John Bennet Lawes
Seorang pengusaha Inggris mulai bereksperimen
pada efek berbagai pupuk kandang pada tanaman yang tumbuh dalam pot pada tahun 1837,
dan satu atau dua tahun kemudian percobaan diperluas ke tanaman di lahan. Salah
satu konsekuensi langsung adalah bahwa pada tahun 1842 dia mematenkan pupuk
kandang yang dibentuk dengan memperlakukan fosfat dengan asam sulfat, dan
dengan demikian adalah yang pertama menciptakan pupuk buatan industri. Pada
tahun berikutnya dia meminta dinas kepada Joseph Henry Gilbert, yang telah
belajar di bawah bimbingan Liebig di University of Giessen, sebagai direktur
penelitian di Stasiun Percobaan Rothamsted yang ia dirikan di tanah miliknya.
Hingga saat ini, pusat penelitian Rothamsted yang didirikan pasangan itu masih
menyelidiki dampak pupuk anorganik dan organik terhadap hasil panen tanaman.
Jean Baptiste Boussingault
Di Perancis, Jean Baptiste Boussingault (1802-1887)
menunjukkan bahwa jumlah nitrogen dalam berbagai jenis pupuk adalah penting. Ahli
metalurgi Percy Gilchrist (1851-1935) dan Sidney Gilchrist Thomas (1850-1885)
menemukan proses Gilchrist-Thomas, yang memungkinkan penggunaan bijih
Kontinental asam fosfor tinggi untuk pembuatan baja. Lapisan kapur dolomit pada
converter berubah waktu menjadi kalsium fosfat, yang dapat digunakan sebagai
pupuk, yang dikenal sebagai Thomas-fosfat.
Birkeland-Eyde
Proses Birkeland – Eyde dikembangkan oleh
industrialis dan ilmuwan Norwegia Kristian Birkeland bersama dengan bisnisnya bermitra
Sam Eyde pada tahun 1903, berdasarkan metode yang digunakan oleh Henry
Cavendish pada tahun 1784. Proses ini digunakan untuk memperbaiki atmosfer nitrogen
(N2) menjadi asam nitrat (HNO3), salah satu dari beberapa
proses kimia yang umumnya disebut sebagai fiksasi nitrogen. Hasilnya asam
nitrat kemudian digunakan untuk produksi pupuk sintetis. Sebuah pabrik
berdasarkan proses dibangun di Rjukan dan Notodden di Norwegia, dikombinasikan
dengan pembangunan fasilitas pembangkit listrik tenaga air yang besar. Prosesnya
tidak efisien penggunaan energi, dan saat ini digantikan oleh proses Haber.
Haber
Pada dekade awal abad ke-20, ahli kimia pemenang
hadiah Nobel Carl Bosch dari IG Farben dan Fritz Haber mengembangkan proses
Haber yang menggunakan gas nitrogen molekul (N2) dan metana (CH4)
dalam sintesis yang berkelanjutan secara ekonomi dari amonia (NH3).
Amonia yang diproduksi dalam proses Haber adalah bahan baku utama proses
Ostwald.
Ostwald
Generator amonia Didirikan pada tahun 1812, Mirat,
produsen pupuk dan pupuk diklaim sebagai bisnis industri tertua di Salamanca
(Spanyol). Proses Ostwald adalah proses kimia untuk produksi asam nitrat (HNO3),
yang dikembangkan oleh Wilhelm Ostwald (dipatenkan tahun 1902). Ini adalah
andalan industri kimia modern dan menyediakan bahan baku untuk jenis yang
paling umum produksi pupuk, secara global. Secara historis dan praktis itu
terkait erat dengan proses Haber, yang menyediakan bahan baku yang diperlukan,
amonia (NH3).
Pada 1927, Erling Johnson mengembangkan metode
industri untuk memproduksi nitrofosfat, yang juga dikenal sebagai proses Odda. Odda
Smelteverk dari Norwegia. Prosesnya melibatkan pengasaman batuan fosfat (dari
Kepulauan Nauru dan Banaba di selatan) Samudra Pasifik) dengan asam nitrat
untuk menghasilkan asam fosfat dan kalsium nitrat yang, setelah dinetralkan,
dapat digunakan sebagai pupuk nitrogen.
Sejarah Pupuk
dan Pemupukan di Inggris
Seorang
kewarganegaraan Ingriss James Fison, Edward packard, Thomas hadfield dan
prentice bersaudara mereka mendirikan perusahaan pada abad ke-19 untuk membuat
pupuk berasal tepung tulang. Pusat pengembangan sains, kimia dan paleontology,bekerjasama
dengan koorporat komersial di Aglia timur, led fisons dan Packard mengembangkan
asam sulfur dan pupuk tanaman di Bramford,
dan Snape. Suffolk di tahun 1850an membuat superfosfat, yang telah disebarkan
di seluruh dunia dari pelabuhan Ipswich. Sampai tahun 1871 ada 80 pabrik yang
membuat superphospate. Setelah perang dunia pertama banyak pebisnis datang
berkompetisi untuk produksi guano alam, ditemukan di pulau-pulau samudera
pasifik, dan menjadi ekonomi atraktif..
Sumber :
https://www.pssurvival.com/PS/Fertilizer/History_of_Fertilizer-2016.pdf
Pupuk Hayati Mikoriza
Pengertian
Pupuk Hayati Mikoriza
Kata mikoriza berasal dari bahasa
Yunani yaitu myces (cendawan) dan rhiza (akar) (Sieverding, 1991). Jadi
mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisma antara cendawan dan
perakaran tumbuhan tingkat tinggi. Simbiosis ini terjadi saling menguntungkan,
cendawan memperoleh karbohidrat dan unsur pertumbuhan lain dari tanaman inang,
sebaliknya cendawan memberi keuntungan kepada tanaman inang, dengan cara
membantu tanaman dalam menyerap unsur hara terutama unsur P. Berdasarkan
struktur tumbuh dan cara infeksi maka mikoriza dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok besar yakni Ektomikoriza dan Endomikoriza.
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)
adalah salah satu tipe cendawan pembentuk mikoriza yang akhir–akhir ini
mendapat perhatian dari para ahli lingkungan dan biologis untuk dikembangkan
sebagai pupuk hayati /pupuk biologis. CMA merupakan sumber daya alam hayati
potensial yang terdapat di alam dan dapat ditemukan hampir di berbagai
eksosistem. Cendawan ini mampu membentuk simbiosis dengan sebagian besar (97%)
family tanaman darat. Eksplorasi jenis-jenis CMA dapat dilakukan pada berbagai
ekosistem yang masih alami maupun yang telah mengalami gangguan, dari kegiatan
ini dapat diidentifikasi dan dipetakan jenis-jenis CMA dominan yang spesifik
terdapat di suatu daerah. Kegiatan ini sangat penting dilakukan karena selain
untuk mengetahui pola distribusi jenis-jenis CMA potensial dan telah
beradaptasi dengan kondisi daerah setempat. Mikroba ini dapat diisolasi,
dimurnikan dan dikembangkan sebagai agen hayati melalui serangkaian penelitian
di
Keuntungan Pupuk Hayati Mikoriza
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)
adalah salah satu tipe cendawan pembentuk mikoriza yang akhir–akhir ini
mendapat perhatian dari para ahli lingkungan dan biologis untuk dikembangkan
sebagai pupuk hayati/pupuk biologis. Penggunaan CMA tidak membutuhkan biaya
yang besar karena :
1.
Teknologi
produksinya murah,
2.
Semua
bahan tersedia di dalam negeri,
3.
Dapat
diproduksi dengan mudah dilapangan,
4.
Pemberian
cukup sekali seumur hidup tanaman dan memiliki kemampuan memberikan manfaat
pada rotasitanaman berikutnya,
5.
Tidak
menimbulkan polusi dan tidak merusak struktur tanah.
Keuntungan yang diharapkan dari
pemanfaatan cendawan ini kaitannya dengan pertumbuhan, kualitas dan
produktivitas tanaman jati adalah dapat membantu akar tanaman dalam penyerapan
unsur hara makro dan mikro terutama fosfat (mekanismenya terjadi peningkatan
permukaan absorbsi, kerja enzim fosfatase dan enzim oksalat), lebih banyak
memanen air karena dapat menjangkau pori–pori mikro tanah yang tidak bisa
dijangkau oleh rambut–rambut akar, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
kekeringan (mekanisme ; penyerapan hifa sangat luas, laju transpirasi lebih
kecil per satuan luas daun dan peningkatan tekanan osmotik), patogen akar
(mekanisme ; memperbaiki nutrisi tanaman, lapisan hifa yang menutupi akar,
melepaskan antibiotik), pencemaran logam berat (mekanisme kerja dari hifa
cendawan) dan tingkat salinitas.
Cendawan ini juga menghasilakan zat
pengatur tumbuh (hormon) yang dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman. Keuntungan
lain yang diperoleh dari cendawan ini adalah dapat dijadikan sebagai bio
indikator kualitas lingkungan, mempertahankan stabilitas ekosistem dan
keanekaragaman hayati karena dapat mempercepat terjadinya suksesi secara
alamiah pada habitat-habitat yang mengalami gangguan yang ekstrim, memperbaiki
struktur tanah, sebagai jembatan transfer carbon dari akar tanaman ke organisme
tanah lainnya. Keberadaan cendawan di dalam tanah bersinergis dengan mikroba
potensial seperti bakteri penambat nitrogen (keberadaan CMA diperlukan tanaman
leguminosa untuk pembentukan bintil akar dan efektifitas penambatan nitrogen
oleh rhizobium/bradyrhizobium) dan
bakteri pelarut fosfat, jasad-jasad renik selulotik seperti Tricoderma sp. Cendawan mempunyai peran
terhadap keberlanjutan regenerasi tanaman dan memberi kontribusi positif
terhadap keberadaan spesies tanaman pada suatu komunitas. Peran itu dilakukan
dengan empat cara yaitu ;
1)
cendawan
mikoriza berpengaruh positif terhadap reproduksi (melalui persilangan jantan
dan betina) dan kemampuan adaptasi tanaman,
2)
kolonisasi
cendawan mikoriza dapat meningkatkan kepadatan populasi tanaman,
3)
kolonisasi
cendawan dapat meningkatkan kualitas ukuran dan produktivitas tanaman pada
populasi tanaman dan
4)
sebagai
sumber inokulum penting terhadap pembangunan hutan terutama pada skala persemaian(Unhalu et al.;
2007).
Mikroba-mikroba
tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara
bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P),
dan Kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba. Hara N tersedia
melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara
tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus ditambat atau difiksasi oleh
mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba tanah lain
yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P)
dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi
(jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat
pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan
melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman.
Kelompok
mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang
bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering
dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza
berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain
itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan.
Istilah mikoriza diambil dari Bahasa
Yunani yang secara harfiah berarti jamur (mykos
= miko) dan akar (rhiza). Jamur ini
membentuk simbiosa mutualisme antara jamur dan akar tumbuhan. Jamur memperoleh
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana (glukosa) dari tumbuhan. Sebaliknya,
jamur menyalurkan air dan hara tanah untuk tumbuhan.
Pemanfaatan Mikoriza
Tanaman
yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa bermikoriza. Penyebab
utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara
baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza
dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi
tanaman.
Selain
daripada membentuk hifa internal, mikoriza juga membentuk hifa ekternal. Pada
hifa ekternal akan terbentuk spora, yang merupakan bagian penting bagi mikoriza
yang berada diluar akar. Fungsi utama dari hifa ini adalah untuk menyerap fospor
dalam tanah. Fospor yang telah diserap oleh hifa ekternal, akan segera dirubah
manjadi senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan ke
dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam arbuskul. Senyawa polifosfat ini
kemudian dipindahkan ke dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam arbuskul
senyawa polifosfat dipecah menjadi posfat organik yang kemudian dilepaskan ke
sel tanaman inang. Adanya hifa ekternal ini penyerapan hara terutama fosfor
menjadi besar dibanding dengan tanaman yang tidak terinfeksi dengan mikoriza.
Peningkatan serafan posfor juga disebabkan oleh makin meluasnya daerah
penyerapan, dan kemampuan untuk mengeluarkan suatu enzim yang diserap oleh
tanaman. Sebagai contoh dapat dilihat pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan
berbagai jenis tanaman dan juga kandungan posfor tanaman.
Manfaat
lain pada tanaman yang diberi mikoriza adalah :
1.
Peningkatan Ketahanan terhadap
Kekeringan
2.
Lebih Tahan terhadap Serangan
Patogen Akar
3.
Produksi Hormon dan zat Pengatur
Tumbuh
4.
Meningkatkan Serapan Hara P
5.
Perbaikan Struktur Tanah.
Penggunaan
inokulum yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Sebagai contoh
mikoriza dapat menggantikan kira-kira 50% kebutuhan fosfor, 40% kebutuhan
nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro (De la cruz, 1981
dalam Husin dan Marlis, 2000). Penggunaan mikoriza lebih menarik ditinjau dari
segi ekologi karena aman dipakai, tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Bila
mikoriza tertentu telah berkembang dengan baik di suatu tanah, maka manfaatnya
akan diperoleh untuk selamanya. Mikoriza juga membantu tanaman untuk
beradaptasi pada pH yang rendah. Demikian pula vigor tanaman bermikoriza yang
baru dipindahkan kelapang lebih baik dari yang tanpa mikoriza.
Teknologi Pupuk Hayati
Pada
ekstensifikasi lahan-lahan marginal tersebut, peningkatan produktivitas lahan
dengan bantuan pemakaian pupuk buatan seringkali kurang efektif karena
memerlukan biaya tinggi, pada rentang waktu tertentu tingkat produktivitas
lahan akan menurun dan seringkali menyebabkan pencemaran lingkungan yang
berakibat lebih jauh terjadinya degradasi kualitas lahan dan kualitas lingkungan.
Sedangkan hutan yang sekarang banyak terbakar perlu penanganan lahan yang
intensif untuk menumbuhkan kembali tanaman hutan dan tetap diupayakan sebagai
salah satu sektor penghasil devisa yang cukup besar bagi negara. Sejalan dengan
peningkatan kesadaran manusia akan pemanfaatan segala sesuatu yang bersahabat
dengan alam, penggunaan pupuk kimia untuk peningkatan kesuburan tanah, daya
tumbuh dan produktivitas tanaman semakin dikurangi dan sebagai gantinya mulai
digunakan pupuk hayati (biofertilizer).
Prinsip penggunaan pupuk tersebut adalah memanfaatkan kerja mikroorganisme
tertentu dalam tanah yang berperan sebagai penghancur bahan organik, membantu
proses mineralisasi atau bersimbiosis dengan tanaman dalam menambat unsur-unsur
hara sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman. Teknik ini memberikan manfaat
pada tanaman untuk bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik pada lahan marginal
melalui peningkatan ketersediaan unsur hara bagi tanaman, perbaikan kesuburan
lahan dan peningkatan daya tahan pada kekeringan
Cara Membuat Pupuk Hayati Mikoriza
Jenis mikoriza yang akan kita
pergunakan dalam proses pembuatan pupuk hayati ini adalah jamur jenis
ektomikoriza. Alat serta bahan yang dibutuhkan memang agak banyak, berbeda
dengan cara
membuat pupuk dari vetsin dan cara
membuat pupuk cair dari kotoran walet. Namun tidak perlu khawatir, karena
masih mudah untuk didapatkan.
A. Alat
dan bahan yang disiapkan:
·
1 kg tepung beras
·
1
kg katul halus
·
2
bungkus bubuk agar-agar yang biasa dibuat adonan kue atau makanan
·
200
gr isolat mikoriza jenis ektomikoriza
·
100
butir vitamin B komplek
·
10
ml larutan indole acetic acid 25%, atau bisa diganti pula dengan asam asetat
25% sebanyak 10 ml juga.
·
Air
masak
B. Proses
pembuatan:
1. Langkah
pertama dalam proses pembuatan pupuk hayati mikoriza ini adalah mencampurkan 1
kg tepung beras dan 1 kg katul halus. Aduk-aduk sampai kedua bahan tersebut
tercampur rata.
2. Panaskan
dengan cara dikukus selama kurang lebih 30 – 60 mnt agar patogen di dalamnya
mati dan bahan menjadi steril. Biarkan hingga dingin.
3. Sambil
menunggu campuran pertama tersebut dingin, kita buat campuran kedua berupa
bubuk agar-agar, ektomikoriza, vitamin B komplek, dan larutan indole acetic
acid 25%.
4. Aduk
hingga semua bahan tersebut tercampur rata.
5. Berikan
air masak sebanyak 250 liter pada campuran kedua, kemudian aduk hingga semua
bahan terlarut.
6. Setelah
itu, Anda dapat memasukkan campuran kedua ke dalam campuran pertama yang sudah
dingin tadi. Aduk-aduk kembali hingga kedua larutan tercampur rata. Usahakan
kadar air yang ada pada campuran tersebut sekitar 40%, bila kurang silahkan
ditambahkan hingga kadar mencukupi angka 40%.
7. Masukkan
adonan tersebut ke dalam cetakan-cetakan dengan ketebalan sekitar 5 cm,
kemudian tutup dengan rapat.
8. Inkubasikan
adonan tersebut hingga mencapai 15 hari.
Pembiakan
mikoriza yang sukses ditandai dengan munculnya mantel hifa yang menyelimuti
permukaan adonan. Lagi pula akan tercium aroma yang khas dari adonan tersebut.
Hifa inilah yang nantinya akan menginfeksi akar tanaman dan panjangnya mampu
mencapai hingga 10 meter. Dengan panjang hifa yang demikian, tentu akar mampu
menjangkau air dan unsur hara pada tanaman yang sebelumnya tidak mampu
dijangkau. Demikian pula akar-akar pendek dan serabut atau akar tanaman yang
tidak berfungsi dengan baik akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh bahan kimia
dapat tertolong oleh hifa ini. Maka tidak heran, apabila tanaman yang diberi
pupuk mikoriza ini mampu bertahan terhadap lahan yang mengalami kekeringan.
Cara dan Dosis Penggunaan
Berikan
5 kg / ha mikoriza atau tergantung dari tingkat kesuburan tanah pada lahan
pertanian. Namun hindari pemberian
mikoriza yang dicmpur dengan pestisida. Alih-alih menggunakan pestisida kimia
yang berbahaya bagi kesehatan serta lingkungan, ada baiknya kita membuat
pestisida alami. Rangkaian cara pembuatannya dapat dipelajari pada cara
membuat pestisida alami untuk tanaman cabe dan alasan
mengapa petani dilarang menggunakan pestisida kimia. Resep pupuk hayati
mikoriza ini telah terbukti khasiatnya dan sudah teruji di lapangan dengan
hasil panen yang cukup tinggi atau meningkat dibanding sebelumnya.
Harga
Pupuk Hayati Mikoriza
Harga pupuk hayati mikoriza dijual online dimulai
dari 30 ribu-54 ribu di website bukalapak.com
Sumber
:
Unhalu, F.P., Besar, B., Bioteknologi, P., dan Hutan,
T. 2007. APLIKASI MIKORIZA UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN JATI DI MUNA ( Mycorrhiza
Application to support growth of teak in Muna ) 5:1, 1–4.
-
Tanaman membutuhkan energi(cahaya) CO 2 , air, dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanpa adanya nutrisi tan...
-
Pengertian Pupuk Hayati Mikoriza Kata mikoriza berasal dari bahasa Yunani yaitu myces (cendawan) dan rhiza (...